30 Sep 2010

SS stage 00

cerita ini saya ambil dari facebook saya sendiri..enjoy ^^



“SUDAH MALAM ATAU .... ?”

author : eLdhine
*dari guru fisika, dg perubahan*

__________________________________________________
**
Malam hari,
Di sebuah sekolah A di kota P...
....tut-tet-tot-tet-tot-....
“tuuuut....tuuut....tuuuuut....hallo ?”
**
Di tempat lain,
“Rudi...telponnya diangkat dong !!!” teriak ibunya dari dapur.
“Iyaa bu...” ujarnya sambil menghampiri telpon.
Diangkatnya gagang telpon, “Hallo ??”
“kresek...kresek...” suara aneh terdengar diseberang.
“Hallo ??? ada orang disana ??” ulangnya.
Hening. Tak ada jawaban dari seberang.
“Haaalloooooo” Rudi mulai jengkel.
Tiba-tiba terdengar sesuatu dari seberang, “Ngg hallo...hallo...benar ini rumahnya Rudi Hatmoko ?” tanyanya.
“Iya benar. Dengan saya sendiri. Maaf siapa disana ?” jawabnya dengan sopan
“Ini saya Pak Santoso, wali kelasmu”
glek. ‘Ada apa nih kok Pak San nelpon malam-malam ?’ batinnya.
“I...iya pak. A...ada apa ?” tanyanya gugup.
“Mengenai tugas makalah biologi, kapan kamu mau mengumpulkan ? Kamu tahu, kalau hari ini adalah terakhir mengumpulkan” ucapnya dengan marah-marah.
“I...iya pak. Saya tahu”
“Kalau sudah tahu kenapa tidak mengumpulkan ?”
“Ma...af pak, tadi saya lupa membawanya ke sekolah” ia membuat alasan.
“Bapak tidak mau tau alasannya. Pokoknya hari ini kamu harus mengumpulkan tugas itu” paksa Pak Santoso, yang terkenal sebagai guru tukang maksa.
“Apa pak ?? sekarang ??” kaget Rudi.
“Iya sekarang”
“Ta...tapi pak, sekarang sudah malam. Masa saya ke rumah bapak malam-malam ??”
“Tidak. Kamu tidak perlu ke rumah, datang ke sekolah saja sekarang. Bapak tunggu sampai jam 9. Kalau tidak, nilai kamu bapak kosongkan”
“Ja...jangan dong pak. Baik pak saya ke sekolah sekarang” kemudian Rudi menutup telpon. Dan bergegas ke sekolah dengan panik.
“Mau kemana malam-malam ?” tanya ibunya yang melihat Rudy mengeluarkan sepedanya.
“Mau ke sekolah bu” jawabnya dengan cemberut.
“Ke sekolah ? kok malam-malam ?”
“Tadi ditelpon Pak San, trus disuruh ke sekolah sekarang. Udah ya bu” ia pamit dan meninggalkan ibunya.

Lalu Rudi dengan sepede bututnya menuju sekolah. ‘Aaah bener-bener merepotkan. Kenapa musti ke sekolah malam-malam gini ?’ rudi ngedumel.
Ia terus mengayuh sepedanya melewati sawah hutan yang mengelilingi sekolahnya. ‘Hmm...kok sepi ya ?’ ia melihat sekitar. Jalan-jalan yang dilewatinya seakan mati tak ada penghuninya. Ia teringat jam telah menunjukkan pukul 20.30 ketika dia keluar dari rumah. ‘Pantas aja sepi, udah malam...’.
Tiba di sekolah, Rudi langsung memarkir sepedanya begitu saja. ‘Alah palig cuma sebentar’ pikirnya.
Ia melangkah masuk ke sekolah. Entah hanya perasaannya atau memang seperti itu, suasana sekolah di malam hari benar-benar terasa aneh. Hawanya menunjukkan suasana ganjil.
‘Sekolah ternyata serem juga kalo malam’ ia merinding.
Dilihatnya gedung-gedung sekolah yang menjulang tinggi. Mengapitnya yang sendirian ditengah-tengah. Langit malam membungkus bulan malam itu. Menghalangi berkas cahaya yang menjadi penerang bagi Rudi. ‘Ngg...sebaiknya aku bergegas...’ Rudi lari melintasi koridor.
Sebuah ruangan memancarkan seberkas cahaya lampu yang keluar melalui celah-celah ventilasi. ‘Mungkin Pak San ada di sana’ Rudi kembali berlari sambil membawa makalahnya yang bermasalah. Suara sepatunya menggema berulang-ulang. Berkali-kali ia menengok ke belakang untuk memastikan bahwa tidak ada orang lain selain dia. Namun entah mengapa, dia merasa ada seseorang atau sesuatu yang mengikuti dirinya.
Dibukanya pintu ruang guru. Pak San ada dipojok ruangan. ‘Huft syukurlah orangnya ada’ ia merasa lega dan ingin segera pergi dari tempat ini.
“Permisi pak...”
Pak Santoso terkejut dengan kedatangan Rudi, “Oh kamu rupanya. Mana tugasmu ?” bentaknya.
“Ini pak” Rudi menyerahkan makalahnya. Pak Santoso mengamati makalah tersebut, dibacanya dengan saksama, dan mengangguk-angguk.
“Ada yang salah pak ?”
Pak Santoso melihatnya dan mulai berceramah, “bla...bla...bla...”
‘Aduh bakal lama nih’ batinnya.
5 menit...
10 menit...
15 menit...
Rudi mulai tidak betah mendengar ceramah Pak San yang tidak ada sangkut pautnya dengan makalah miliknya. ‘Haduh kapan selesainya nih’ tangannya bergerak sana-sini tak tenang.
“klontang...” tangannya tidak sengaja menyenggol kotak yang berdiri di pinggir meja. ‘Huwaa mati deh’ Rudi menggaruk-garuk kepalanya. Ia melihat ke arah Pak San yang raut wajahnya berubah. “Hehe...ma..maaf pak. Tidak sengaja, biar saya pungut semua” dengan sigap Rudi jongkok memunguti barang-barang yang ia jatuhkan.
‘Sial kenapa malah kaya gini’ gerutunya. Kepalanya mengintip kolong meja Pak San, berusaha menggapai pulpen. Tapi ada pemandangan aneh yang muncul di depan matanya.
Dheg. ‘Heh ? Pak San kemana ?? Masa pulang ?’ dengan cepat Rudi mendongakkan kepalanya. Jujur ia takut ditinggal sendirian. Dhuk. “Aduuuh” kepalanya terbentur pinggiran meja.
“Kenapa kamu ? Ambil barang begitu saja lama sekali” omelnya.
“Maaf pak” cuma kata itu yang terlontar. Rudi mengelus kepalanya yang benjol sambil menata kotak yang ia jatuhkan. Tapi ada hal yang mengganjal di benaknya. ‘Tadi kaki Pak San...’.
“Nah kembali ke makalahmu, bla...bla...bla...” Pak San mulai mengomel lagi. Tapi pikiran Rudi kacau. Ia merasa ada yang aneh. Kakinya mengetuk-ngetuk lantai tak tenang. Diliriknya jam yang telah menunjukkan pukul 21.10.
Mata Rudi berputar mengitari ruangan. Untungnya Pak San punya kebiasaan tidak memandang muridnya ketika sedang mengomel. Lalu ia melihat sebuah pensil di dekat kaki meja yang belum sempat diambilnya tadi.
“Aakh maaf pak, masih ada yang jatuh rupanya” ujarnya beralasan. ‘Ini kesempatan untuk membuktikan’.
Rudi membungkukkan badan, mengambil pensil. Tapi pemandangannya sama dengan yang dilihatnya tadi. Pak San tidak punya kebiasaan melipat kaki ketika duduk, namun ini KAKINYA TIDAK ADA.
Rudi mengintip ke atas meja. Pak San masih tetap di sana. Tapi yang aneh, kakinya...kakinya...
Dheg. Bulu kuduk rudi langsung berdiri disekujur tubuhnya.
Ia berdiri gemetaran. Dipandangnya Pak San yang masih duduk di depannya sambil membuka-buka buku nilai.
“Ada apa ??” tanya Pak San dengan nada sinis. Ia tidak suka dilihat seperti itu.
“Tidak ada apa-apa” Rudi menggeleng dengan cepat. Dia sudah tidak tenang. Dia ingin cepat pergi dari situ. Lari dengan cepat keluar dari ruangan itu keluar dari sekolah dan sembunyi dibalik selimut.
“Ngg pak...saya boleh pamit pulang ? Soalnya sudah malam” Rudi benar-benar bingung mau keluar dari suasana seperti itu.
Pak San memandangnya dengan aneh. Tiba-tiba dia tersenyum. Tersenyum dengan aneh. Matanya menyipit wajahnya memucat seketika, “SUDAH MALAM ATAU SUDAH TAHU ?”
Pertanyaan itu membuat Rudi berdiri kaku. Ia melangkah mundur, kakinya gemetar, ia oleng untuk sesaat, lalu tanpa pikir panjang Rudi lari dengan cepat.
Ia melintas halaman sekolah. Entah mengapa kakinya terasa berat. Sesuatu menggantunginya kakinya. Ia tidak berani melihat ke belakang. Yang ia inginkan hanya keluar dari sana.
‘haah...haaa...’ Rudi mengatur napas. Jarak halaman sekolah menjadi dua kali lipat bahkan lebih dari sebelumnya. Rudi semakin bingung takut. Tiba-tiba dari belakang sesuatu menepuk bahunya. “AAARGH” Rudi menjerit spontan. Diluar kendalinya, kakinya bergerak berlari tanpa arah.
“JDUG” ia menabrak sesuatu, dan tak sadarkan diri.

****
“Pak Santoso ?? Beliau kan sudah meninggal tadi siang” ujar penjaga sekolah kepada salah seorang wali murid.
**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar